Tak hanya sebagai prajurit yang berjaga di perbatasan, anggota TNI dari Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-PNG Yonif Mekanis Raider 411 Kostrad juga menjalani peran lain.
Prajurit yang berjaga perbatasan Indonesia-Papua Nugini sektor selatan ini siang membawa senjata, sore mengajar ngaji anak-anak.
Adapun prajurit tersebut yakni Pratu Kotibul dan Pratu Faisal Asmi. Setelah penat bertugas seharian, keduanya kemudian mengajar ngaji anak-anak di Masjid Al Muhajirin di kampung Baidub, Papua, sore harinya. Hal itu terlihat dari unggahan Instagram @Penkostrad.
Disampaikan Dansatgas Yonif Mekanis Raider 411 Kostrad Mayor Inf Rizky Aditya, dua prajurit dari Pos Bupul 12 itu menjadi guru ngaji untuk membantu pihak masjid. Sebab, di masjid tersebut saat ini kekurangan tenaga pengajar atau guru ngaji.
“Berbagai kegiatan pembinaan teritorial di perbatasan terus digiatkan oleh personel Satgas Pamtas di samping tugas utamanya, seperti kegiatan karya bakti, pengobatan keliling, bakti sosial, hingga menjadi guru mengaji bagi anak-anak di sekitar pos,” kata Mayor Inf Rizky.
Mayor Inf Rizky juga menyebut Pratu Kotibul dan Pratu Faisal Asmi rutin membantu sebagai guru ngaji setiap sore. Keduanya telah melakukan kegiatan tersebut sejak awal bertugas, yakni pada 2019 lalu.
Kegiatan sebagai bentuk kepedulian Satgas di bidang pendidikan itu pun disambut baik oleh anak-anak di sana. Mayor Inf Rizky menyebut anak-anak punya semangat belajar yang tinggi. Mulai dari Iqra hingga Alquran.
anak belajar mengaji, yakni membaca Alquran juga Iqra dan bacaan surat-surat pendek. Tahap demi tahap tingkat demi tingkat, diperlihatkan oleh Dias Saputra beserta teman-temannya yang memiliki semangat belajar mengaji,” kata Dansatgas.
Bantuan tersebut juga diterima dengan senang hati oleh Ustaz Nahyudin selaku pengurus masjid. Tak lupa, dirinya juga mengucapkan terima kasih terhadap gestur baik yang dilakukan anggota TNI di sana.“Kami semua senang dan berterima kasih dengan adanya bantuan dari personel Pos Bupul 12 menjadi guru ngaji bagi anak-anak kami.
Terlihat anak-anak pun semangat untuk belajar dengan bapak-bapak TNI,” sebut ustaz yang kini berusia 40 tahun tersebut.
0 Response to "Kisah Prajurit TNI Di Perbatasan: Siang Bawa Senjata, Sore Guru Ngaji"
Post a Comment