ALHAMDULILLAH! C0r0na Makin Lemah, Mati Tanpa Vaksin, Proffesor Mateo: Dulu Harimau Sekarang Kucing


Alhamdulillah, virus corona atau Covid-19 menunjukkan tanda-tanda mulai melemah, bahkan diyakini pelan-pelan mati sendiri tanpa dilawan pakai vaksin.

Profesor Matteo Basseti dari Italia sampai mengibaratkan kendornya kekuatan virus corona ibarat dulu harimau liar, sekarang tinggal seperti kekuatan kucing . Betulkah?

Begitulah. Ilmuwan Italia sebut virus corona sudah melemah dan bisa hilang dengan sendirinya tanpa vaksin.

Ia pun mengibaratkan virus corona adalah harimau yang telah berubah jadi kucing liar biasa.

Dikutip dari Daily Mail, Minggu (21/6/2020), Profesor Matteo Bassetti yakin virus ini 'berubah dalam tingkat keparahan' dan pasien sekarang selamat dari infeksi yang akan membunuh mereka sebelumnya.

Ia adalah Kepala Penyakit Menular di Rumah Sakit Umum San Martino, Genoa, Italia.

Bassetti menambahkan, bahkan Covid-19 bisa menghilang tanpa vaksin karena menjadi sangat lemah sehingga mati dengan sendirinya.


Beberapa bulan terakhir ia mengatakan bahwa pasien Covid-19 tampak jauh lebih baik dari masa-masa awal pandemi di Italia.

Menurutnya, mutasi genetik pada virus, perawatan yang lebih baik, atau orang tidak terinfeksi dengan dosis besar lantaran jarak sosial.

Kepada The Sunday Telegraph, Bassetti mengibaratkan melemahnya virus corona ini seperti harimau yang telah berubah menjadi kucing liar biasa.

“Itu seperti harimau yang agresif pada bulan Maret dan April tetapi sekarang seperti kucing liar," tuturnya.

"Bahkan pasien lanjut usia, berusia 80 atau 90 tahun,  sekarang duduk di atas tempat tidur dan mereka bernapas tanpa bantuan. Pasien yang sama akan meninggal dalam dua atau tiga hari sebelumnya," imbuh Bassetti.

Profesor Bassetti berpendapat bahwa salah satu alasan virus itu menyebabkan penyakit yang kurang serius adalah mutasi genetik yang membuatnya tidak terlalu merusak paru-paru manusia.

Faktor lain, katanya, orang mungkin hanya menerima jumlah yang lebih kecil ketika mereka terinfeksi, karena aturan jarak dan penguncian sosial.

Teori ini bergantung pada tingkat keparahan penyakit seseorang yang dipengaruhi oleh 'viral load' mereka, jumlah virus yang masuk ke tubuh seseorang ketika mereka pertama kali terpapar.

Tanggapan dari Sederet Ilmuwan Lain

Dokter penyakit menular itu telah menyatakan klaim serupa beberapa waktu lalu, tapi memicu kritik karena terlalu optimis.


Pada awal Juni, ia mengatakan kekuatan yang dimiliki virus corona dua bulan lalu bukanlah kekuatan yang sama dengan saat ini.

Namun, ilmuwan lain tidak menyambut gagasan itu dan mengatakan tidak ada bukti yang mendukung klaim Profesor Bassetti.

Dr Gideon Meyerowitz-Katz, dari University of Wollongong di Australia, mengatakan kepada MailOnline bahwa gagasan terkait virus yang melemah itu 'tampak meragukan'.

Pada awal Juni, sebagai tanggapan atas klaim Profesor Bassetti, Dr. Angela Rasmussen dari Universitas Columbia mengunggah cuitan di Twitter: "Tidak ada bukti bahwa virus kehilangan potensi di mana pun."

Ia menambahkan, lebih sedikit penularan berarti lebih sedikit rawat inap dan kematian - tetapi memperingatkan: 'Itu tidak berarti lebih sedikit virulensi.'

Virulensi virus adalah betapa berbahayanya penyakit itu tetapi mungkin tidak secara langsung berhubungan dengan seberapa menularnya.

Dr. Seema Yasmin, seorang ahli epidemiologi dari Stanford University, bahkan mengatakan ide Bassetti adalah 'omong kosong'.

Dr. Oscar MacLean, dari University of Glasgow, menyebut klaim ini tidak didukung oleh apa pun dalam literatur ilmiah, dan tidak masuk akal karena alasan genetik.

Italia adalah salah satu negara yang paling terpukul di dunia selama tahap awal pandemi, dan sekarang telah mencatat lebih dari 238.000 kasus positif dan 34.000 kematian.

Ingin berbelanja di supermarket tetapi takut tertular virus corona? Perhatikan 6 poin penting ini agar lebih berhati-hati.

Sejak tiga bulan yang lalu, pemerintah di Indonesia telah memberikan kebijakan untuk Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB.

Pasalnya, cara ini dianggap dapat memutuskan rantai penyebaran virus corona di Indonesia.

Akibatnya, berbagai sektor usaha banyak yang ditutup sementara hingga membuat roda perekonomian negara sempat tersendat.

Tak ingin berlama-lama dalam keadaan ini, pemerintah mengatur kembali kebijakan tersebut.

Kini PSBB transisi telah dijalankan, dan berbagai sektor usaha mulai dibuka kembali dengan menerapkan protokol kesehatan.

Misalnya supermarket, sektor ini menjadi yang paling dicari oleh masyarakat setelah di rumah saja selama PSBB.

Setelah dibuka kembali, pusat perbelanjaan tersebut kini mulai dipadati oleh pengunjung.

Namun, sudahkah anda perhatikan keamanan dari supermarket di tengah pandemi corona seperti saat ini?

Untuk mengetahui keamanan supermarket di tengah pandemi, berikut TribunStyle.com rangkum enam ciri supermarket yang sebaiknya tidak anda kunjungi di tengah pandemi corona, dilansir dari berbagai sumber, diantaranya:

1. Tidak terdapat imbauan untuk menerapkan protokol kesehatan

Seperti diketahui, saat ini pemerintah telah mengimbau masyarakat yang beraktivitas di luar rumah untuk selalu mengenakan masker.

Tentu masker adalah salah satu penerapan protokol kesehatan yang paling mendasar.

Apabila supermarket tempat anda berbelanja tidak memberikan imbauan untuk mengenakan masker, lebih baik jangan masuk ke dalam.

2. Tak ada petugas yang mengukur suhu berjaga di pintu masuk

Untuk diketahui, pemeriksaan suhu tubuh sangat diperlukan oleh petugas.

Hal ini mengetahui suhu seseorang yang akan memasuki pusat perbelanjaan atau supermarket.

Dengan suhu lebih dari 37,8 derajat celsius, pengunjung biasanya dilarang masuk ke dalam supermarket.

3. Tidak ada tempat cuci tangan & sabun atau hand sanitizer

Keberadaan tempat cuci tangan di area pintu masuk supermarket adalah hal yang penting.

Setelah seseorang dengan suhu normal diizinkan untuk masuk ke dalam supermarket, biasanya petugas akan memberikan instruksi untuk menggunakan hand sanitizer ataupun cuci tangan dengan sabun.

Selain agar tangan menjadi bersih, penggunaan sabun atau hand sanitizer dapat membunuh berbagai kuman, maupun virus.

Namun apabila di supermarket tidak terdapat tempat ini, anda perlu membawa hand sanitizer kemanapun anda berada.

4. Supermarket memiliki sirkulasi udara yang bagus

Seperti diketahui, virus corona mudah menyebar melalui udara.

Oleh sebab itu, kondisi ruangan supermarket tempat anda berbelanja harus memiliki sirkulasi udara yang bagus.

Hal ini untuk mencegah penularan corona.

5. Karyawan tidak menerapkan protokol kesehatan

Usai memperhatikan sirkulasi udara di supermarket, kini giliran alihkan pandangan ke karyawan yang berjaga di dalamnya.

Apabila mereka tidak menerapkan protokol kesehatan, khususnya menggunakan masker lebih baik anda berpikir ulang untuk berbelanja di tempat tersebut.

Namun, bila para karyawan di supermarket tersebut di lengkapi oleh masker dan protokol kesehatan lainnya, anda dapat berbelanja dengan perasaan tenang.

6. Tidak ada pembatas di kasir

Yang terakhir, perhatikan area kasir.

Titik ini menjadi tempat yang rawan penularan virus corona.

Pasalnya para pengunjung akan mengantre dalam waktu yang cuku lama di tempat ini.

Apabila di area kasir tidak terdapat jarak pembatas, anda dapat mempertimbangkan ulang untuk berbelanja di sana.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ALHAMDULILLAH! C0r0na Makin Lemah, Mati Tanpa Vaksin, Proffesor Mateo: Dulu Harimau Sekarang Kucing"

Post a Comment